Foto: Air Asia yang dijadwalkan beroprasi Februari 2021 melayani rute Jakarta-Berau harus tertunda akibat pandemi Covid-19
TANJUNG REDEB- Selama pandemi dan pembatasan kegiatan beberapa waktu lalu hingga kini menyebabkan hukum pasar berlaku. Salah satunya di biaya transportasi udara di Bandara Kalimarau. Saat ini harga tiket yang dijual menjadi keluhan masyarakat. Semua tiket dijual dengan harga tertinggi.
“Ya, tiket sekarang kelas yankee (harga tertinggi), operasional operator pesawat juga memang terbatas saat ini,” ungkap kasi Teknik dan Operasional Bandara Kalimarau, Budi Sarwanto, Selasa (14/12/2021)
Maskapai yang melayani Rute keluar masuk Berau juga masih terbatas yakni hanya Wings Air. Sementara operator lain seperti Garuda dan Sriwijaya, Batik Air, Lion Air masih belum operasi. Meskipun semuanya masih memiliki izin di kalimarau.
“Mungkin masih mengurus slot atau ada pertimbangan lainnya,” sambung Budi.
Ditanya soal minat maskapai lain ke Berau, Budi mengungkapkan maskapai-maskapai yang pernah beroperasi di Kalimarau masih berminat. Hanya saja sementara ini belum masuk karena ada pertimbangan angka penumpang.
Saat ini penerbangan di Kalimarau hanya dilayani Wings Air dengan 6 kali penerbangan atau 12 kali pergerakan. Angka penumpang perhari mencapai angka 300 hingga 400 penumpang saja.
“Sementara kalau kita lihat sebelum pandemi di Berau sudah mencapai 800 hingga 1.000 penumpang per harinya,” jelas Budi.
Soal harga, Budi mengaku bukan merupakan kewenangan atau ranah Unit Pelayanan bandar Udara (UPBU) Kalimarau. Sebab setiap maskapai memiliki sistem atau pola sendiri dalam menjalankan bisnis usaha penerbangannya. Harga tiket Berau-Balikpapan saat ini mencapai Rp 1.300.00.
Namun ia berharap, pesawat yang beroperasi ke Berau bisa segera ditingkatkan. Sebab 6 penerbangan yang ada saat ini masih menggunakan pesawat ATR dengan jumlah penumpang lebih sedikit dibandingkan Boeing.
Menurutnya jika mengoperasikan Boeing, kemungkinan cukup hanya dengan 2 penerbangan saja. Melayani penumpang dengan pesawat jenis boeing diungkapkan Budi bisa lebih menghemat biaya operasional Bandara. “Kalau 6 penerbangan artinya kami harus selalu stand by, demikian juga peralatan hingga pendingin ruangan, kalau 2 penerbangan kita bisa lebih hemat di operasional,income dengan biaya operasional jadi tidak seimbang,” tutupnya. (*)
Editor: RJ Palupi