TANJUNG REDEB – Alur sungai di Kabupaten Berau terus mengalami pendangkalan. Kepala Kantor Unit Penyelenggaraan Pelabuhan (KUPP) Tanjung Redeb, Marsri, menjelaskan dalam setiap tahun sedimen naik hingga 30 centimeter.

Menurutnya, pendangkalan tersebut apabila tidak bisa dikendalikan, akan menjadi ancaman serius kedepannya.

“Setiap tahun pendangkalan terjadi 30 cm. Ini, apabila tidak dilakukan pendalaman akan mengganggu alur pelayaran kita,” ungkapnya, Kamis (4/4/2024).

Dijelaskan, salah satu faktor penyebab pendangkalan, diduga karena aktivitas pertambangan dan sektor perkebunan yang membuka hutan dengan jumlah luas, sehingga terjadi sedimentasi.

Adapun tindakan yang dilakukan, yakni memasang rambu penanda titik-titik di sepanjang alur pelayaran.

“Itu sudah kami lakukan untuk mencegah hal yang tidak diinginkan,” jelasnya.

Berdasarkan data, setidaknya ada 12 titik lokasi dangkal di sepanjang alur sungai Berau yang beresiko. Bahkan, salah satu titiknya ada yang hanya setinggi 2,1 meter.

Marsri menegaskan, 12 titik dangkal itu diantaranya, bawah Jembatan Gunung Tabur (LWS 10 meter), dermaga umum (LWS 13 meter), Rajanta (LWS 8 meter), Maluang (2,5 meter), Gurimbang (LWS 3 meter), kabel PLTU Lati (LWS 8 meter).

Kemudian, kelapa-kelapa (LWS 2,7 meter), penyeberangan sokan (LWS 3 meter), Daeng Maru (2,7 meter), Lunsuran Naga (3,6 meter), Tenda biru (LWS 2,1 meter), dan tikungan Suaran (4,1 meter).

Ketika air surut, jalur tersebut, kata Marsri, sangat beresiko untuk dilalui. Bahkan, beberapa waktu lalu sempat ada kapal yang tidak bisa berlayar ke pelabuhan karena kandas.

“Belum lama itu, ada kapal 3 hari kandas karena alurnya terlalu dangkal. Terpaksa harus menunggu air pasang baru bisa melanjutkan pelayarannya,” jelasnya.

Hal inilah yang dikhawatirkan dapat mengganggu suplay barang jika tidak segera dilakukan pengerukan atau pendalaman.

Adapun untuk proses pendalaman sendiri merupakan kewenangan pemerintah pusat. Namun, Pemkab Berau beserta stekholdernya bisa mengusulkan agar segera dilakukan pendalaman.

“Termasuk pihak swasta yang ada di Berau juga harapannya bisa berkontribusi. Karena, kalau kapal-kapal logistik terganggu pelayarannya yang kena imbasnya tentu masyarakat Berau,” tegasnya. (*)

Reporter : Hendra Irawan

Editor : s4h