Foto: Siswa SMAN 1 Berau kala mengikuti kelas membatik belum lama ini.
TANJUNG REDEB – Mengenal budaya langsung dari pelakunya, adalah target yang ingin dicapai saat PIK Remaja Korps SMAN 1 Berau berkolaborasi dengan Rumah Batik Berau. Pelatihan membatik diikuti siswa SMAN 1 Berau di Rumah Batik Berau, Jalan Melati, RT 01 Kelurahan Tanjung Redeb.
Pelatihan yang diikuti 25 peserta itu dilaksanakan selama dua hari, Sabtu-Minggu, 11 dan 12 November 2023. Ketua PIK Remaja Korps SMAN 1 Berau, Kesya Kirani Putri menyebut, tujuan dari diadakannya pelatihan ini untuk menambah lifeskill para peserta tentang membatik dan juga pengetahuan tentang membatik.
“Pelatihan ditargetkan untuk 30 Peserta, namun pada saat pelaksanaan itu hanya dihadiri kurang lebih 25 peserta”, ujarnya.
Menurut Kesya, pelatihan membatik ini merupakan program kerja unggulan dari PIK Remaja Korps SMAN 1 Berau.
“Pelatihan membatik ini rutin diadakan setahun sekali, karena memang sudah ada MOU yang kita rutin perpanjang dengan Rumah Batik Berau,” ungkap Kesya.
“Saya tidak tahu kapan hubungan PIK Remaja Korps dan Rumah Batik terjalin, tapi sejauh yang saya tahu sejak 2019,” lanjutnya.
Kesya berharap melalui pelatihan batik ini para peserta dapat mengetahui seluk beluk batik. Baik tentang sejarah batik maupun proses pembuatan. Harapannya, peserta akan serta lebih cinta dan menghargai batik karena sudah terjun langsung untuk memproduksi batik.
“Harapan saya setelah kegiatan ini bisa terus menjalin kerja sama yang baik dengan Rumah Batik Berau dan mampu menambah pengetahuan dan kreativitas peserta pelatihan membatik ini,” ungkapnya.
Sementara itu, pemilik Rumah Batik Berau, Roly Ivanaly menyambut hangat kehadiran peserta dari PIK Remaja Korps SMAN 1 Berau dalam pelatihan membatik. Saat kegiatan, peserta dikenalkan secara singkat mengenai sejarah dan filosofi dari batik.
Peserta juga langsung belajar bagaimana membatik. Juga, diberikan kebebasan untuk memilih teknik dalam membatik.
“Untuk teknik dalam produksi batik sendiri, terdiri dari tiga jenis, yaitu tulis, cap dan kombinasi antara batik tulis dan batik cap. Tetapi untuk pelatihan ini kita akan menggunakan teknik canting cap,” ujarnya.
Roly menyebut teknik canting cap sendiri menggunakan cairan dari bahan bernama “malam”. Malam ini merupakan bahan kimia berbahan lilin yang dibuat khusus untuk membatik. Fungsi dari malam ini sebagai perintang warna agar motif batik dapat terbentuk sesuai pola yang ingin dicap.
“Setelah selesai dengan berbagai kombinasi canting cap yang digunakan, selanjutnya kain akan dilakukan proses pewarnaan. Warna yang kami sediakan adalah warna merah, hijau dan biru,” ungkapnya.
Setelah menyapukan tinta ke kain, peserta diminta untuk memberi warna langsung di atas kain pada pola yang telah di-canting. Selanjutnya, pada proses pewarnaan dasar kain, peserta diberi dua pilihan warna yaitu merah dan biru.
“Setelah diberi warna, selanjutnya dijemur di bawah terik matahari agar warna aslinya bisa keluar, tapi penjemurannya harus dibolak-balik setiap semenit sekali,” ujarnya.
“Setelah dijemur, dilapisi kembali cairan malam untuk memblok warna yang ingin dipertahankan,” tambahnya.
Semua proses pelatihan ini dipandu langsung oleh Roly Ivanaly, termasuk dalam menakar bahan seperti deterjen, HCL, napthol, garam, dan pengunci warna pada kain.
“Kemudian setelah dicelupkan ke dalam pewarna, kain direbus hingga lilin malam terlepas pada kain,” tegasnya.
Roly menyampaikan, setelah proses perebusan ini dilakukan pencucian agar lilin malam yang masih tersisa pada kain batik dapat terlepas.
“Tahap terakhir adalah penjemuran,” jelasnya.
Kegiatan pelatihan membatik ini diakhiri dengan sesi foto para peserta bersama dengan batik yang telah diproduksi peserta. (*)
Penulis : Fanezha Andita
Sekolah : SMA 1 Berau
Redaktur : RJ Palupi