Foto: Studi tour Kepala Bidang Bina Pengembangan Destinasi Wisata Disbudpar Berau, Samsiah Nawir, bersama rombongan di Museum Batubara, Bukit Asam, Tanjung Enim, Sumatera Selatan, pekan lalu.

TANJUNG REDEB – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Berau melaksanakan studi tour ke Museum Batubara, Bukit Asam, Tanjung Enim, Sumatera Selatan, pekan lalu. Kunjungan itu sebagai langkah persiapan Disbudpar Berau untuk meresmikan Kota Tua Teluk Bayur sebagai destinasi wisata baru.

Kebutuhan destinasi wisata di wilayah perkotaan, kata Kepala Bidang Bina Pengembangan Destinasi Wisata Disbudpar Berau, Samsiah Nawir, menjadi pekerjaan rumah dalam menciptakan ketertarikan wisatawan untuk berkunjung ke Berau.

Sebab, sejauh ini destinasi wisata di kawasan perkotaan jumlahnya terbatas. Bahkan kerap wisatawan yang bertandang ke wisata bahari di Berau tak punya pilihan kala pulang berwisata.

“Kalau sudah di kota, wisatawan itu banyak yang langsung pulang. Tidak berbelanja dan berwisata dulu di kawasan perkotaan,” ujar Samsiah kala dikonfirmasi awak Berau Terkini, pada Senin (13/11/2023).

Belajar dari Enim, Samsiah membeberkan beberapa pengetahuan baru ihwal pengelolaan destinasi buatan. Di lokasi tersebut, memberikan informasi melalui fasilitas digital yang dapat diakses semua usia.

Pertukaran informasi lewat digital dianggap ampuh dalam menarik minat anak-anak hingga orang dewasa untuk memenuhi kebutuhan saat berwisata.

Selain itu, di Museum Batubara Tanjung Enim, menawarkan wisata buatan. Mulai dari pengalaman menggunakan kereta bawah tanah yang pada zaman dahulu digunakan untuk mengangkut hasil batubara, kemudian.wisata air dengan perahu di danau, bangunan tematik, dan banyak lagi tawaran wisata lainnya dalam satu lokasi seluas 4,5 hektare.

“Banyak pelajaran yang kami ambil. Semoga di Berau bisa lebih baik dengan ide yang dimodifikasi,” bebernya.

Samsiah pun membeberkan proyeksi pembuatan model destinasi Kota Tua Teluk Bayur. Wisata tersebut dikemas dalam perjalan satu hari atau dalam istilah modern disebut ‘one day tour’.

Mulanya, wisatawan bakal memasuki gapura yang bertuliskan Kawasan Kota Tua Teluk Bayur. Kemudian melintasi landmark Teluk Bayur, kepala gerbong, spot photo, dan alun-alun.

Selanjutnya menuju Museum Si Raja yang dilengkapi benda bersejarah yang dapat didokumentasikan wisatawan. Lalu menuju gedung film. Dimana, wisatawan dapat menonton pemutaran film dokumenter sejarah. Kemudian teater tari dan drama atau pertunjukan budaya yang melibatkan pengunjung.

Setelah itu, pengunjung melakukan perjalan melewati pasar yang saat ini sedang direvitalisasi oleh DPUPR Berau agar lebih rapi dan memiliki nilai estetika. Sebab di pasar tersebut terdapat struktur bangunan bangunan belanda.

Wisatawan pun melanjutkan perjalanan menuju Stainkollen Mascaphy Prapatan, kemudian melakukan wisata religi di Masjid Baitul Makmur.

Selama perjalanan itu, pengunjung bakal mendapatkan cerita sejarah tentang bangunan peninggalan Belanda dan kehidupan Belanda pada masa tambang dilengkapi dengan bukti bangunan kantor pos, sekolahan dan bangunan gedung kecamatan.

Selanjutnya, memasuki museum tambang batubara di gedung kamar bola. Melalui jalur yang berada di sekitar bangun Sekolah Dasar (SD) yang bakal direlokasi.

Di museum tambang akan disiapkan jalur parkiran, kantor pengelola dan kuliner jadul, serta hasil kerajinan karya UKM lokal.

Samsiah menyatakan, bila kekayaan peninggalan sejarah penjajahan Belanda di Berau lebih terjaga keasliannya. Mulai dari bangunan hingga alat yang ada. Sehingga di lokasi tersebut memiliki culture heritage alias cagar budaya yang dapat dilestarikan dan dijadikan bagian dari destinasi wisata Kota Tua Teluk Bayur.

“Kalau kawasan Kota Tua Teluk Bayur lebih lengkap dan bukan wisata buatan. Banyak cagar budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan,” tutur dia. (*/ADV)

Reporter: Sulaiman