Foto: Foto bersama antara tim IKP Kemenkominfo RI, PWI Solo dan PWI Berau usai bersilaturahmi di dalam gedung Monumen Pers Nasional.

SOLO – Kunjungan ke Gedung Sicieteit Sasana Soeka atau kini dikenal sebagai Monumen Pers Nasional menjadi salah satu rangkaian kegiatan kala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan (Prokopim) Berau bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) melakukan kunjungan ke Solo dan Jogjakarta, Jawa Tengah.

Mata rombongan terpana kala memandang gedung Monumen Pers Nasional yang memiliki ikatan sejarah panjang dengan pembentukan salah satu induk organisasi wartawan, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Gedung itu terletak di Jalan Gajah Mada, Kelurahan Timuran Kecamatan Banjarsari, Solo.

Yang mencolok adalah posisinya yang terletak disudut simpang empat, dan terdapat patung naga yang akan menyambut pengunjung kala datang.

Hal itu juga yang dirasakan oleh rombongan Kunjungan Jurnalistik Kabupaten Berau 2023 ke Kota Surakarta dan Daerah Istimewa Jogjakarta. Pada kunjungan pertama yang dilaksanakan pada Rabu (11/10/2023) itu, rombongan langsung disambut oleh jajaran Pegawai Monumen Pers Nasional dan Jajaran Pengurus PWI Surakarta.

Selepas disambut, rombongan langsung diarahkan untuk memasuki Ruang Audio Visual yang terletak disisi kanan dari pintu masuk. Nuansa bangunan lama masih terlihat dari ornamen kusen dan pemilihan relief bangunan. Rombongan dibawa masuk kembali menyusuri sejarah melalui tayangan profil sejarahnya.

Satu yang menarik adalah upaya digitalisasi arsip yang mencapai lebih dari 350.000 judul. Upaya itu merupakan buah kerja keras tim Monumen Pers Nasional yang setiap harinya mengumpulkan berbagai Koran dan Majalah dari seluruh tanah air untuk di digitalisasi sejak 2010 silam.

Dalam sambutannya, Kepala Bagian Prokopim Berau Sunarto, menyatakan tujuan dari giat sepekan tersebut demi menciptakan iklim pers yang mengedepankan kode etik jurnalistik sebagai tonggak utama dalam melaksanakan kerja-kerja jurnalistik.

Produk jurnalistik yang diterbitkan pun tetap mengedepankan kebenaran informasi tanpa harus ‘menuhankan’ viral. Alias perlu pertimbangan khusus dalam menciptakan karya jurnalistik yang objektif.

“Informasi yang disajikan oleh media massa harus mengedepankan objektivitas,” kata Sunarto.

Iapun berharap agar ke depan kemitraan antara pemerintah dan pers terus berlanjut. Sebab, melalui produk pers pemerintah terbantu akan penyebaran informasi kepada masyarakat terkait kinerja pemerintah.

“Menjadi corong informasi, penjembatan yang baik antara pemerintah dan masyarakat,” ucap dia.

Sementara itu, Pranata Humas Monumen Pers Nasional, Arnain Dian menuturkan perjuangan digitalisasi menggunakan scan manual. Namun, kesulitan muncul kala harus melalukan scan pada arsip koran kuno yang umumnya berukuran besar lebih dari ukuran A4.

“Disitu muncul masalahnya, koran kuno punya ukuran yang besar sehingga kami perlu putar otak untuk melakukan digitalisasi,” jelasnya saat ditemui usai mendampingi rombongan di selasar Monumen Pers Nasional.

Namun, rasanya bukan orang Indonesia jika kehabisan akal. Tak menyerah, tim digitalisasi mulai melakukan scan dengan cara difoto. Tak sampai disitu, tim juga langsung melakukan modifikasi alat sehingga bisa terus melakukan digitalisasi.

Pihaknya berusaha menyelamatkan koran kuno yang kondisinya kerap memiliki tantangan sendiri. Koran-koran kuno itu mulai diselamatkan dan dikonservasi sebelum akhirnya di digitalisasi.

Menariknya, Monumen Pers Nasional melakukan konservasi dan digitalisasi pada koran kuno yabg terbit tahun 1916. Lebih 1 abad, tim digitalisasi Monumen Pers Nasional mampu selamatkan. Hal ini tentu akan menambah melengkapi khazanah arsip koran yang ada.

“Setelah berhasil kita digitalisasi akan disimpan untuk menjaga koleksi dari sentuhan yang bisa merusak koran tersebut,” paparnya.

Saat ini, Monumen Pers Nasional selain punya nilai sejarah pada pembentukan PWI juga menjadi rumah bagi ratusan ribu koleksi koran dan majalah yang keberadaannya sejak 1916. Berbagai zaman telah dilalui, tentunya peninggalan sejarah itu akan berarti pada pengembangan ilmu dan pengetahuan peran penting pemberitaan sejak pra kemerdekaan Republik Indonesia.

Ketua PWI Kota Surakarta, Anas Syahirul menyambut rombongan dengan penuh kegembiraan dan rasa senang. Kunjungan ini, tentu menjadi momen pererat silaturahmi sesama pengurus PWI Surakarta dan PWI Berau.

“Kita berharap, lewat kunjungan ini bisa jadi bagan pembelajaran dan menambah referensi rekan-rekan PWI Berau,” ujarnya.

Terpisah, Ketua PWI Berau, Yudi Perdana juga menyampaikan terima kasih kepada PWI Surakarta yang telah menerima rombongan kunjungan jurnalistik. Tentu, pertemuan ini bukan menjadi akhir, melainkan merupakan awal yang baik untuk jalinan persaudaraan antara PWI Surakarta dan PWI Berau kedepannya.

“Ini kita harap bisa jadi awal kita merajut kebersamaan dan persahabatan,” jelasnya.

Kunjungan ini juga dipilih lantaran catatan panjang sejarah yang terukir dan bersentuhan dengan sejarah pembentukan PWI. Tentu, ini akan melengkapi khazanah para wartawan Berau tentang perjalanan industri pemberitaan Indonesia.

“Ini tentu akan jadi pelajaran, menambah wawasan rekan-rekan wartawan Berau bahwa PWI punya cerita yang panjang serta pemberitaan di Indonesia punya catatan sejarah dalam kehidupan bangsa kita,” pungkasnya. (*)

Reporter: Sulaiman