Foto: Foto udara langit Bumi Batiwakkal yang sudah mulai cerah usai diguyur hujan.

TANJUNG REDEB – Hujan deras yang melanda wilayah perkotaan Kabupaten Berau, para Senin (25/9/2023) malam, berdampak pada pengurangan debit asap di langit Bumi Batiwakkal. Bila sebelumnya jarak pandang yang dirilis Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika alias BMKG Berau di bawah 5 kilometer, kini sudah jadi 7 kilometer.

Forcaster BMKG Berau, Rezky Fajar Maulana,menyatakan bila visibility saat ini sudah meningkat sekitar 2 kilometer. Hujan semalam, diperkirakan mengurangi partikel kering yang mengelilingi langit Berau dua hari belakangan ini.

“Alhamdulillah hujan itu mengurangi partikel kering yang ada di atmosfer,” kata Rezky.

Hujan pun turut menurunkan tingkat titik panas alias hotspot di Berau. Bila sebelumnya meningkat sampai 118 titik, kini turun drastis menjadi 6 titik. Berbeda dengan kondisi dua hari sebelumnya, meskipun Berau tetap diselimuti kabut.

“Benar karena efek hujan semalam, update hotspot turun drastis,” jawabnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau, Nofian Hidayat, menyatakan bila terdapat beberapa kemungkinan asal kabut yang menyelimuti langit Bumi Batiwakkal tiga hari belakangan ini.

Pertama, akibat dari kebakaran hutan dan lahan. Meskipun intensitas Karhutla saat ini telah menurun, tak menutup kemungkinan asap tetap membumbung ke langit. Serta dampak dari bakaran itu, mineral di dalam bumi yang panas kobaran api, kemudian didinginkan oleh hujan yang mengguyur Berau dalam sepekan belakangan ini.

“Jadi setelah panas yang memuncak, disiram air. Kabut otomatis keluar dari dalam bumi, menuju udara,” ujarnya.

Kemudian, prediksi kedua, terdapat potensi asap karhurla di wilayah tetangga alias Kabupaten Kutai Timur yang diketahui memiliki titik panas yang tinggi. Tertinggi pertama menurut pendataan BMKG Kaltim.

“Ada juga kemungkinan di situ. Memang kemarau yang cukup panjang terjadi kebakaran hutan. Tapi secara nasional potensi itu ada di Kalbar, gak mungkin kirim asap ke Berau ini,” ujar dia.

Dia juga menyebutkan, terdapat potensi penguapan dari batu bara yang telah digali. Batu bara yang telah digali oleh perusahaan kemudian terpapar panas dan terkena hujan. Sehingga asap menguap ke langit.

“Jadi potensi itu juga ada. Kondisi saat ini sudah semakin membaik belum ada potensi ke depan akan bertambah,” ujarnya.

Dirinya pun menghimbau, agar warga secara sadar membawa alat pengaman diri alias APD seperti masker saat beraktivitas di luar ruangan. Sebab, kabut yang ada saat ini tetap memiliki potensi bahaya bagi kesehatan.

“Semoga kondisinya terus membaik, kabut hilang dari langit Berau,” harap Nofian mengakhiri wawancara bersama Berau Terkini. (*)

Reporter: Sulaiman