Foto: Bacaleg PDI Perjuangan, Dapil I Kecamatan Tanjung Redeb, Wahyudi

TANJUNG REDEB – Wahyudi, nama itu mungkin tak asing di mata dan telinga warga Bumi Batiwakkal. Sudah beberapa bulan terakhir, nama dan juga wajahnya tepajang di sejumlah titik sebagai pengumuman jika dirinya bakal maju ke parlemen tingkat kabupaten pada 2024 mendatang.

Pada pesta demokrasi lima tahunan 14 Februari 2024 nanti, Wahyudi menjadi bakal calon anggota DPRD Kabupaten Berau. Ia akan bertarung di daerah pemilihan (dapil) 1 Kecamatan Tanjung Redep. Dengan menggunakan bendera dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P).

Sebagai salah satu bakal calon yang hendak maju mewakili ribuan masyarakat di kursi legislatif. Wahyudi  menceritakan tujuan dirinya untuk maju menjadi wakil masyarakat Berau.

Sebelum terjun ke dunia politik, sejak 2011 lalu dirinya menjadi tenaga kesehatan di RSUD Abdul Rivai. Setelah menuntaskan pendidikan kesehatan, di Akademi Perawat Yarsi, Samarinda.

Berstatus sebagai PTT alias pegawai tidak tetap selama 10 tahun, di rumah sakit plat merah tersebut, Wahyudi memiliki segudang cerita pahit dan manis yang dialami dirinya dan rekan kerjanya.

Paling terasa ialah pengalaman penuh derita. Kala para nakes atau tenaga kesehatan harus berjuang pagi, siang, hingga malam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Sementara para pelayan belum mendapatkan kesejahteraan.

“Kesejahteraan itu, penentu kualitas pelayanan setiap nakes. Karena tidak sejahtera, kualitas pelayanan ke masyarakat yang sakit jadi berkurang,” ucap dia menggambarkan kebutuhan nakes di Berau saat ini.

Nakes yang sejatinya merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan, menurut pria asli Berau tersebut, mestinya sudah tidak lagi memikirkan ekonomi pribadi ketika bekerja.

Namun, kondisi itu sulit diindahkan. Sebab, dia memastikan gaji yang diterima tidak akan cukup untuk sebulan. Hanya dikisaran Rp 2,5 juta saja.

Dengan beban kerja yang mesti dipikul, dia menganggap mestinya angka tersebut seharusnya masih bisa bertambah. Tentunya dengan komitmen peningkatan kualitas pelayanan kepada setiap pasien yang ingin berobat di rumah sakit daerah tersebut.

“Jadi antara tuntutan kesejahteraan dan kualitas pelayanan, seharusnya dapat seiring sejalan,” ucap dia.

Belum lagi masalah alat medis. Menurutnya, selama ia memonitor alat yang berada di RSUD Abdul Rivai, seharusnya dapat maintenance alias perawatan khusus dalam periodesasi tertentu.

Sebab, bila tidak. Alat medis yang harganya mahal akan rusak. Yang dikorbankan adalah masyarakat.

“Kalau alat rusak. Masyarakat harus berobat keluar daerah. Padahal kita ini, ada loh alatnya, cuma tidak terawat,” ucap dia.

Dia juga menyatakan, bila pada saat dirinya bekerja. Mengetahui jumlah anggaran untuk operasional ambulans hanya Rp 200 juta dalam setahun. Sementara, anggaran tersebut mesti membiayai kebutuhan BBM dan operasional petugas pembawa ambulans.

Angka itu, dia anggap masih kurang. Di tengah tingginya tekanan pelayanan maksimal ke masyarakat di 13 kecamatan di Berau.

“Plafon untuk ambulance hanya 200 juta. Digunakan untuk melayani masyarakat di 13 kecamatan,” ucap dia.

Oleh karena itu, dengan sejuta masalah yang ada di RSUD Abdul Rivai, dia berkeinginan untuk maju sebagai anggota parlemen yang mana memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan anggaran di daerah.

Menurut dia, sejauh ini belum ada anggota dewan yang memiliki pengalaman empiris di dunia kesehatan. Sehingga penting ada satu perwakilan yang benar-benar memahami kebutuhan dunia medis dalam setiap penentuan kebijakan anggaran di daerah.

Perjuangan itu pun, dikatakan Wahyudi bakal satu paket dengan pemberian jaminan kesehatan kepada masyarakat melalui jaminan BPJS. Yang mana, BPJS tersebut dapat diberikan secara gratis kepada masyarakat tidak mampu alias miskin.

“Belum ada yang miliki basic pengetahuan di ranah itu. Jadi penting kalau ada anggota parlemen yang duduk dan serius mengawal kebijakan anggaran di dunia kesehatan,” ujar pria Alumni SMA Muhammadiyah Tanjung Redeb tersebut.

Bangun Ekonomi Mandiri, Matangkan “Amunisi” Bekal Menuju Parlemen

Memutuskan pensiun di dunia medis medio 2021 lalu, Wahyudi yang memiliki modal yang cukup untuk bangun dunia usaha pun bergerak cepat. Tak lama setelah resign alias mundur sebagai PTT di RSUD Abdul Rivai, dirinya pun membangun kedai kopi dengan nama Lapau Kopi dan usaha percetakan yang diberi nama Lucky Art.

Usaha itu dia rintis, di masa pandemi Covid-19 sedang merajalela. Kedai kopi yang dia ciptakan, memang terseok. Akibat sempat ada kebijakan tak boleh nongkrong di warkop, kedainya sempat mengurangi produksi kopi.

Namun tak demikian dengan usaha percetakan yang dia kelola. Pada saat Covid-19 itu, dirinya mengaku kebanjiran order. Mulai dari kebutuhan pemberitahuan untuk jaga jarak, hingga kampanye protokol kesehatan oleh pemerintah.

“Usaha saya diselamatkan lewat percetakan, justru usaha itu yang laris manis saat covid,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Anggota DPD KNPI Berau.

Dengan usahanya yang pada 2023 ini sudah kembali pulih semua. Ia tak ingin di cap sebagai Bacaleg yang ‘aji mumpung’. Dia dapat pastikan bila terpilih menjadi wakil rakyat, tidak ingin mencari keuntungan. Namun, memperjuangkan aspirasi masyarakat.

“Jadi saya tidak cari kerjaan di situ. Saya sudah ada pekerjaan yang menopang ekonomi keluarga,” ucap dia saat memastikan bukan bacaleg yang modal nekat.

PDI Perjuangan Jadi Pilihan

Akrab dengan para pengurus PDI Perjuangan sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama alias SMP. Membentuk ikatan emosional dengan partai berlogo banteng tersebut.

Kedekatan itu tak putus. Bahkan saat ia sudah bekerja sebagai tenaga kesehatan.

Dia bilang, saat dirinya masih di bangku SMA, kemudian kuliah hingga bekerja. Komunikasi selalu dilakukan, meski secara ‘diam-diam’. Dia sadar, bila tanggungjawab sebagai abdi negara kala itu, tak boleh memunculkan warna parpol saat bekerja.

“Harus kerja profesional. Makanya dulu itu, hanya sebatas teman ngopi saja kawan-kawan di PDI Perjuangan,” ucap pria yang juga menjabat sebagai Ketua DPC Banteng Muda Indonesia alias BMI Berau tersebut.

Sadar dirinya bakal menjadi bagian dari penentu kebijakan penganggaran daerah bila terpilih nanti, lantas dirinya banyak membekali diri melalui sekolah partai yang dilaksanakan oleh internal PDI Perjuangan.

Sehingga, dia memastikan setiap kebijakan yang disuarakan nantinya bakal sejalan dengan visi partai hingga pemerintah daerah.

“Intinya, membawa masyarakat menuju kesejahteraan melalui parlemen,” ucap dia.

Sebagai informasi, Wahyudi merupakan Bacaleg PDI Perjuangan. Menurut Data Calon Sementara alias DCS, dirinya maju dengan nomor urut 3 di Dapil I Kecamatan Tanjung Redeb. Yang mencakup 6 kelurahan, yakni Tanjung Redeb, Karang Ambun, Gayam, Bugis, Bedungun dan Gunung Panjang. (*)

Reporter: Sulaiman