Foto: Para petugas kala berjibaku dengan api saat Karhutla melanda.

TELUK BAYUR,- Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kabupaten Berau kian memprihatinkan, trauma masa lalu akibat Karhutla yang berdampak pada bencana kabut asap kembali mengancam. Sudah belasan hari, cuaca cerah di Bumi Batiwakkal kini meredup, dampak dari asap kebakaran hutan yang mulai menyelimuti langit.

Di tengah ke khawatiran warga akan kabut asap kembali melanda, ternyata ada kisah pilu perjuangan para petugas yang bertaruh dengan nyawa dalam setiap eksekusi tugas. Namun hal itu tidak berharga dimata pemangku kuasa.

Sebab, untuk makan dan minum saja, petugas di Posko Pengendalian Karhutla, Labanan Makarti, Kecamatan Teluk Bayur hanya bergantung pada uluran tangan penderma korporat.

Bahkan, tak jarang untuk kebutuhan kopi, gula, beras, mie instan, telur, snack alias makanan ringan dan kebutuhan dapur lainnya di posko, harus dipenuhi lewat kocek pribadi petugas. Disisihkan dari gaji bulanan.

Pengakuan itu disampaikan langsung oleh Koordinator Posko Pengendalian Karhutla Teluk Bayur, Dwi Susilo. Saat disambangi awak media dan jajaran petinggi dan karyawan PT Hutan Sanggam Berau (HSB), pada Sabtu (9/9/2023).

“Alhamdulillah ada bantuan dari perusahaan. Termasuk juga ada yang kasih BBM kemarin,” kata Dwi sapaan dia.

Dalam beberapa kali melaksanakan tugas pemadaman, kadang ada juga warga yang sukarela menyiapkan konsumsi gratis untuk petugas pemadam. Disiapkan teh atau kopi, lengkap dengan suguhan makanan ringannya.

Derma para warga itu disyukuri petugas. Meski tak jarang anggota Branwir Teluk Bayur itu, tidak mendapatkan sikap kooperatif oleh warga yang saat kejadian berada di sekitar lokasi, justru hanya menonton dan tidak membantu para petugas untuk memadamkan api.

“Alhamdulillah juga ada warga yang bantu-bantu kami untuk konsumsi di lapangan,” ujar dia.

Sehari-hari bergulat dengan api, membuat para branwir ini tak jarang harus tumbang. Dwi bercerita, dalam kejadian kebakaran beberapa waktu belakangan ini, terdapat satu personel yang dilarikan ke rumah sakit lantaran jatuh sakit akibat beraktivitas terlalu tinggi saat memadamkan api.

Namun dia cukup lega, sebab ketika terdapat petugas yang tumbang, dapat dilarikan langsung ke rumah sakit atau puskesmas terdekat yang beroperasi 24 jam.

“Iya ada puskesmas dekat sini, 24 jam. Kalau petugas dari perusahaan, dibawa ke rumah sakit mitra perusahaan,” ucapnya.

Selain itu, kondisi unit kendaraan pemadam hingga jumlah personel menjadi bagian dari kebutuhan yang dibeberkan Dwi. Termasuk pula alat kelengkapan pemadaman yang juga dalam kondisi rusak.

Dia menceritakan, pernah terjadi kebakaran dalam waktu yang bersamaan. Bahkan hingga enam titik yang mesti dipadamkan dalam satu hari penuh. Dengan keterbatasan personel dan unit kendaraan yang operasi, kadang beberapa titik panas alias hotspot lambat tertangani.

“Itu yang paling penting. Personel kami terbatas. Unit yang rusak, beberapa akan diantar, bakal diganti dengan yang baru dari markas (BPBD Berau),” ujarnya.

PT HSB Hadir Berikan Dukungan 

Mengetahui keterbatasan itu, salah satu perusahaan daerah PT HSB, kemarin (8/9/2023), menyalurkan bantuan berupa sembako ke Posko Pengendalian Karhutla Teluk Bayur. Seperti beras, mie instan dan telur.

Direktur PT HSB Roby Maula, menyatakan pihaknya menyalurkan bantuan sembako sekaligus dua orang personel yang ditugaskan untuk membantu tugas pemadam karhutla.

“Kami juga tugaskan dua orang dari perusahaan untuk standby disini,” ucapnya.

Dirinya menyebut, bantuan tersebut diberikan demi mengurangi beban dari para branwir. Sebab, ia memahami bila saat ini hutan dalam ancaman serius akibat kemarau yang menghantui kelestariannya.

Sebagai perusahaan yang bergerak di hutan produksi, dirinya serius dalam memastikan hutan tak habis lantaran dilalap api. Oleh karena itu, salah satu bentuk apresiasi perusahaan, bantuan tersebut pun disalurkan.

“Bagaimana pun, karhutla ini ancaman serius. Petugas memang harus mendapat perhatian,” kata pria yang akrab disapa Roby itu.

Dia pun berharap, pihak ketiga pemerintah dapat melakukan giat serupa di wilayah kerjanya masing-masing. Sebab, menurut dia, dampak dari karhutla bila tak tertangani, akan mencemari udara yang dihirup oleh masyarakat.

“Semoga teman-teman lain bisa kasih bantuan juga, karena itu jadi salah satu yang dibutuhkan para petugas pemadam di lapangan,” sebutnya.

Sebagai tambahan informasi, terhitung sejak Juni 2023 lalu. Pemerintah telah gencar mempersiapkan diri dalam menghadapi ancaman kekeringan ekstrim yang melanda seluruh penjuru negeri.

Di Berau, Pemkab membentuk tim gabungan yang diandalkan untuk mengendalikan ancaman amukan si jago merah yang menghanguskan hutan kala kemarau.

Mulai dari pelatihan hingga peningkatan pengetahuan, baik fisik maupun pengetahun disiapkan secara matang oleh pemerintah. Personel gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI/Polri, Damkar, relawan masyarakat peduli api (MPA) menjadi bagian dalam tim khusus penanganan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan alias karhutla di Bumi Batiwakkal.

Persiapan itu dibarengi dengan kesiapan belanja modal untuk biaya operasional para petugas di lapangan. Khusus di BPBD untuk pemadaman darat, diberi anggaran senilai Rp 300 juta. Berasal dari Dana Bagi Hasil dan Dana Reboisasi (DBH-DR) 2023. (*)

Reporter: Sulaiman