Foto: Karhutla yang terjadi di Kecamatan Teluk Bayur beberapa waktu terakhir.
TANJUNG REDEB- Musibah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), yang terjadi akhir-akhir ini cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, tidak hanya satu titik, karhutla itu terjadi di banyak titik dan terjadi bersamaan di sejumlah wilayah.
Dari rilis BMKG- Stasiun Meteorologi Kelas I SAMS Sepinggan Balikpapan, Berau menjadi penyumbang hotspot terbanyak. Seperti data per 1 September Berau menyumbang 169 titik hotspot, menjadi jumlah paling tinggi di Kaltim disusul Kukar 149 hotspot, dan Kutim 125 hotspot.
Kemudian 2 September, Berau 148 hotspot, Kukar 86 hotspot, dan Kutim 45 hotspot. Berdasarkan data BPBD Berau, untuk periode 1-31 Agustus 2023 saja, luas lahan yang sudah terbakar mencapai kurang lebih 182 hektare.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Berau, Nofian Hidayat menduga, kebakaran tersebut terjadi akibat disengaja yang dilakukan oknum tertentu untuk membuka lahan pertanian.
“Sepertinya disengaja untuk membuka lahan pertanian dan perkebunan. Apalagi sekarang cuaca kemarau, sangat mendukung untuk membuka lahan dengan cara dibakar,” katanya.
Dirincikannya, wilayah paling banyak terjadi Karhutla yakni di Kecamatan Teluk Bayur sebanyak 20 titik, Pulau Derawan 14 titik, Talisayan 8 titik, Kelay 6 titik, Segah 5 titik, dan Gunung Tabur 3 titik. Adapun luas lahan yang terbakar sebanyak 182,5 hektare.
Dengan luas lahan tersebut, dirinya khawatir bencana kabut asap yang terjadi beberapa tahun lalu di Kabupaten Berau, kembali terulang.
“Ini yang kami khawatirkan. Sementara, hampir setiap hari Karhutla terus terjadi di berbagai wilayah di Kabupaten Berau,” jelasnya.
Ketika ditanya mengenai kendala dilapangan. Nofian menyebut, kendala paling utama adalah terbatas personel di lapangan. Ditambah, lokasi karhutla sulit untuk diakses. Belum lagi, kebakarannya terjadi secara bersamaan dengan wilayah lain.
“Kalau untuk peralatan semua ready. Hanya terkendala personel di lapangan yang sangat terbatas, dan titik hotspot letak geografisnya sangat jauh. Dan bersamaan,” ujarnya.
Dikarenakan adanya dugaan unsur oknum dalam terjadinya karhutla tersebut, Nofian meminta aparat keamanan untuk melakukan penindakan tegas. Sebab, dari beberapa kasus, pihaknya harus bekerja sangat keras, lantaran api sampai merembet mendekati pemukiman masyarakat.
“Jangan menunggu ada korban atau ada bencana lainya lagi yang berdampak banyak sektor, baru ada penegakan hukum. Harus ada ketegasan bagi pelaku penyebab Karhutla,” pungkasnya. (*/)
Reporter: Hendra Irawan