Foto: Lokasi kebakaran lahan di Labanan beberapa waktu lalu. 

TANJUNG REDEB- Kebakaran hutan dan lahan kian marak terjadi di berbagai wilayah Kabupaten Berau.

Berdasarkan catatan BPBD Berau hingga Januari hingga Juni 2023, setidaknya BPBD telah menangani 10 kejadian Karhutla di sejumlah wilayah. Seperti Kecamatan Teluk Bayur, hingga Kecamatan Gunung Tabur. Adapun luas lahan yang terbakar, kurang lebih 21 hektare.

Kabid Kedaruratan BPBD Berau, Nofian Hidayat mengatakan, rerata kebakaran lahan terjadi diduga diakibatkan pembukaan lahan oleh oknum masyarakat dengan cara dibakar. Hal ini membuat api merembet ke lahan lain, dan mengakibatkan kebakaran.

Belum lagi, kondisi cuaca yang panas membuat api dengan mudah menyebar ke segala arah.

“Mayoritas kejadian ini di karenakan oleh ulah manusia yang membuka lahan. Baik perorangan atau korporasi yang tersembunyi. ditambah cuaca yang panas,” ujarnya, Rabu (2/8/2023).

Novian juga menyebut, sejak 2020 hingga Juni 2023, setidaknya 107 kasus karhutla sudah ditangani. Adapun total lahan yang terbakar selama itu mencapai 271,5 hektare. Terbanyak tahun 2021 45 kejadian karhutla dengan total lahan terbakar 128 hektare. Sementara, tahun 2022 ada 34 kejadian dengan luas lahan terbakar 87,5 hektare

“Kalau 2020 itu ada 18 kejadian luas lahan terbakar 35 hektare dan Januari-Juni 2023 ada 10 kejadian luas lahan 21 hektare. Sementara, dari Juli hingga Agustus juga telah beberapa kali terjadi kebakaran lahan,” ujarnya.

Ketika ditanya, apakah jumlah personel BPBD Berau di lapangan cukup untuk melakukan penanganan ketika terjadi Karhutla. Menurut Nofian, jika dihitung-hitung tentu jumlah personel di lapangan masih kurang.

Sebab, dari setiap posko yang ada disetiap kecamatan Kabupaten Berau, diisi 2 personel. Hanya Kecamatan Maratua yang belum memiliki posko pemadam.

“Prihal personel BOBD di kecamatan sangat kurang sekali, karena 1 posko hanya ada 2 Personil. Kalau untuk armada dan sarana Dalkarthutla di posko, sudah standar dan memadai, hanya perlu perbaikan rutin unit roda empat saja,” tuturnya.

Namun tambah dia, ketika terjadi musibah kebakaran hutan dan lahan, maupun pemukiman, pihaknya di setiap wilayah selalu dibantu dengan masyarakat relawan, dan TNI-Polri. Meskipun itu dilakukn secara sularela.

“Kami masih dibantu TNI-Polri, dan masyarakat peduli api. Seperti kasus karhutla yang terjadi akhir-akhir ini. Tanpa honor dan makan minum di lapangan,” katanya.

“Semoga dari pihak kampung membantu untuk makan dan minumnya di lapangan. Terutama ketika melaksanakn tugas,” pungkasnya. (/)

Reporter: Hendra Irawan