Foto ist: Pemberian suntik anti rabies kepada hewan peliharaan.

TANJUNG REDEB – Beberapa waktu belakangan ini, netizen dihebohkan dengan video yang menunjukkan pasien terjangkit virus rabies. Dalam beberapa video yang muncul, nampak seorang anak hingga orang tua berteriak kesakitan kala diminumkan air mineral usai terjangkir rabies.

Sontak siaran kabar video tersebut menjadi atensi publik. Tak terkecuali bagi warga Bumi Batiwakkal. Dihubungi awak media beberapa waktu lalu, Pengelola Program Rabies Dinkes Berau Mariati Mapun mengatakan, saat ini belum ada satu pun pasien gigitan hewan rabies di Berau meninggal.

Sebab kata dia, warga yang tergigit hewan rabies itu segera mendapat penanganan cepat dan tepat hingga virus tak sampai menyebar dan membahayakan nyawa korban gigitan.

“Di Berau sendiri memang selama ini belum ada kasus orang yang tergigit hewan rabies sampai meninggal,” kata Mariati.

Menukil data Dinkes Berau pada 2021 lalu, terdapat 36 kasus pasien yang terkena gigitan penyakit hewan rabies. Kemudian pada 2022 lalu meningkat menjadi 47 kasus. Sementara pada 2023 ini, hingga Mei sudah terjadi 36 kasus.

Data tersebut merupakan kasus gigitan hewan dengan gejala rabies. Sementara pasien sempat tertolong melalui penanganan dini tim perawat di faskes terdekat.

“Itu jumlah orang yang terkena gigitan hewan penular rabies namun tidak sampai positif rabies karena segera mendapatkan penanganan,” sebutnya.

Namun tak ada salahnya ia meminta warga lebih awas terhadap sebaran penyakit tersebut dari sejumlah hewan seperti monyet, kera, anjing dan kucing.

Bila terkena gigitan hewan yang memiliki virus rabies, pasien akan mengalami ciri seperti demam, gelisah berlebihan, hydrophobia alias takut terhadap air, takut cahaya, mengeluarkan banyak liur, kejang, lumpuh hingga paling parah Infeksi otak. Gejala itu muncul setelah dapat diagnosa dokter ahli.

Dalam beberapa kasus, hewan dan pasien rabies bakal diberikan pemantauan medis selama sepekan. Demi memantau penyebaran virus dalam tubuh. Pengawasan dianjurkan lebih dini usai  pasien dapat gigitan. Bila tidak, akan memberikan bahaya bagi kesehatan pasien yang berujung pada kematian.

Dalam masa pemantauan itu, tim medis hingga Dinkes Berau tak bekerja sendiri. Pihaknya bakal melibatkan Distanak dalam penindakan hewan ternak yang biasanya dipelihara di rumah.

“Kami koordinasi dengan Distanak, memastikan hewan tersebut sehat atau tidak menimbulkan gejala yang berarti, ” ujarnya.

Ditanya soal cara penanganan dini bila digigit hewan rabies, Mariati memberikan beberapa langkah medis yang bisa dilakukan secara mandiri. Sebelum penyakit virus berbahaya itu menjangkit ke seluruh tubuh orang.

Langkah pertama, pasien dapat langsung mencuci bekas gigitan menggunakan sabun selama 15 menit di bawah air mengalir. Kemudian diberikan betadine alias obat merah di bagian bekas gigitan.

Kedua, setelah mendapat penanganan dini kemudian langsung dirujuk ke puskesmas atau rabies center terdekat. Untuk mendapatkan penanganan medis.

“Jadi jangan sampai dibiarkan saja bekas gigitan hewan itu, bisa bahaya,” imbaunya.

Saat ini, Dinkes Berau menyiapkan faskes khusus untuk penanganan pasien rabies. Rabies Center difungsikan sebagai balai kesehatan khusus untuk penanganan pasien rabies.

Adapun rabies center tersebar di Talisayan, Tanjung Batu, Puskesmas Kampung Bugis, Puskesmas Kelay, dan Puskesmas Segah.

Ia pun menghimbau, bila tidak ada sekitar lokasi terdekat pasien. Dapat dirujuk langsung ke puskemas terdekat. Sebab, saat ini di setiap titik puskesmas telah disediakan vaksin rabies.

“Setiap puskemas sudah kami beri stok vaksin rabies, jadi bisa dirujuk juga ke puskesmas terdekat,” beber dia.(*)

Reporter: Sulaiman