Foto: Pemuda asal Berau Kalimantan Timur, Taisar yang sedang bekerja di Kantor Daerah Kerja (Daker) Madinah, sebagai IT.

 

BERAU TERKINI – Cuti kuliah dan mengabdikan diri menjadi pelayan haji pada musim haji pada 1444 Hijriah tahun ini. Menjadi pilihan Taisar Bin Idris, kala Arab Saudi kebanjiran jamaah dari seluruh penjuru dunia.

Taisar merupakan pemuda asal Berau, Kalimatan Timur yang berkuliah di Universitas King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi. Sejak 2017 ia selalu kebagian rezeki untuk menjadi petugas haji di Kantor Daerah Kerja (Daker) Madinah, sebagai IT di kantor perwakilan tersebut.

Dirinya didapuk menjadi tenaga Pendukung Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) wilayah Arab Saudi. Kesempatan yang dimiliki Taisar menjadi lirikan sekian ratus mahasiswa asal Indonesia yang juga berkuliah di Arab Saudi.

“Alhamdulillah saya dapat kesempatan ini bang, bisa melayani tamu Allah,” kata Taisar, kepada Berau Terkini, Sabtu (17/6/2023).

Menurut pemuda yang tinggal di Jalan Tipalayo, RT 14, Gunung Tabur itu, apa yang dia capai saat ini bukan perjalan mudah. Ia mesti merasakan asam garam kehidupan sedari sekolah dasar. Harus hidup berpindah-pindah dengan orang tua.

Singkat waktu, pada usia 16 tahun menginjak sekolah tingkat SMA sederajat. Taisar didaftarkan orang tuanya untuk bersekolah di SMK Hidayatullah, Tanjung Redep. Pada usia itu, ia harus menumpang tempat tinggal lantaran rumah menuju sekolah berjarak cukup jauh.

Kemudian, satu setengah tahun bersekolah di pendidikan vokasi, orang tuanya membangun rumah di Gunung Tabur. Yang ditempati hingga saat ini oleh kedua orang tuanya.

“Dari ibu, saya belajar banyak bagaimana caranya bertahan hidup sebagai orang yang sederhana,” ujarnya.

 

Kuliah Agama Atas Saran Orang Tua

 

Pasca lulus sekolah di SMK Hidayatullah, Taisar sempat berpikir untuk langsung bekerja. Membantu perekonomian keluarga. Sebab ia memahami, kuliah membutuhkan biaya yang besar. Rasanya tak bisa dilakukan oleh keluarga kurang mampu.

Namun saat bercerita dengan Nurliah, ibu kandungnya, Taisar diminta untuk melanjutkan pendidikan. Mengangkat derajat keluarga. Bahkan secara spesifik ibunya meminta dirinya untuk sekolah khusus belajar agama.

Kemudian, pada 2015 pasca lulus sekolah, ia memutuskan untuk berangkat ke Makassar, Sulawesi Selatan. Untuk berkuliah di STIBA (Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab), Yayasan Wahdah Islamiah.

“Nanti, kalau mama mati, ada lah anak mama yang pintar belajar agama, bisa mendoakan orang tuanya,” kata Taisar menirukan pesan ibunya saat itu.

Dapat semangat itu, Taisar pun berkuliah pada 2015 dengan menggunakan biaya sendiri. Namun dalam perjalananya, ia mengaku sempat kewalahan berkuliah di universitas yang fokus belajar agama lantaran harus berjibaku dengan sederet hafalan.

“Sempat kewalahan mas, karena kan saya hanya punya basic keilmuan umum,” ujarnya.

Sekitar 2,5 tahun berkuliah. Pada 2018 dirinya mendapatkan kesempatan beasiswa kuliah ke Universitas King Abdul Aziz. Beasiswa itu berkat bantuan temannya, yang mendaftarkan dirinya di tiga universitas berbeda di Arab Saudi.

Ia mengaku tak tahu-menahu ihwal pendaftaran di Universitas King Abdul Aziz itu. Yang ia pahami hanya didaftarkan di Universitas Ummul Quro Mekkah dan Universitas Islam Madinah.

Hampir setahun lebih menunggu kabar, rupanya kabar dari sekolah Raja Arab itu yang menghubungi dirinya secara pribadi. Setelahnya, ia mengabarkan ke ibunya dan langsung mendapat restu untuk kuliah di luar negeri dengan biaya langsung oleh kerajaan Arab Saudi.

“Semoga rejeki mu disana nak ya, semoga kau lulus disana. Mama dukung,” kata dia menirukan lagi dukungan ibunya. Saat itu pula dirinya mengundurkan diri sebagai mahasiswa STIBA Makassar.

 

Kuliah di Arab Saudi Berkat Dukungan Muharram

Seketika, Taisar teringat dengan jasa mantan Bupati Berau almarhum Muharram. Saat dia mendapatkan kabar lolos untuk berkuliah di Universitas King Abdul Aziz, sempat kebingungan lantaran tak memiliki biaya untuk berangkat ke Arab Saudi.

Kemudian, ketika libur kuliah ia mendapatkan saran dari sahabat karibnya, untuk mengajukan proposal ke pimpinan daerah. 2018 lalu, Bumi Batiwakkal masih dipimpin oleh Muharram. Lantas dirinya bertemu dengan orang nomor satu di Berau itu untuk meminta bantuan dana keberangkatan ke Arab Saudi.

Momen itu sangat bekenang menurut pria kelahiran 10 Juni 1997 itu lantaran permohonannya langsung dikabulkan oleh mendiang Muharram. Bahkan tanpa penolakan, namun beliau meminta Taisar bisa kembali ke Berau untuk mengabdikan diri pasca lulus kuliah di Arab Saudi.

“Semoga almarhum ditempatkan di sisi terbaik Allah SWT. Beliau orang baik,” ujar anak ke 3 dari 5 bersaudara itu.

Janjinya kepada almarhum pun perlahan ia cicil. Setiap pulang ke Berau, ia selalu menyempatkan diri untuk menjadi imam masjid dan mengajar ngaji anak di masjid sekitar rumahnya.

Bahkan tak jarang, ia dipanggil oleh pengurus Wahdah Islamiah untuk memberikan ceramah agama. Bahkan kerap memimpin salat Jumat di masjid tersebut.

“Setiap libur kuliah, selama 1 sampai 3 bulan selalu saya pulang ke Berau. Membantu mengajar ngaji dan jadi imam masjid,” ujarnya.

Diakhir, sebagai petugas haji. Ia juga berpesan kepada Kemenag Berau untuk membantu Calon Jamaah Haji agar diberikan jalan sebagai tamu Allah di Arab Saudi. Sebab, ia yang sedang menempuh pendidikan disana, akan siap melayani jamaah haji asal Berau.

“Kalau ada jamaah haji asal Berau yang ngabarin saya, pasti saya datangi. Semoga tahun depan bisa bertambah lagi jamaahnya,” pinta pria yang gemar bermain sepakbola itu. (*)

Reporter: Sulaiman