Foto: Gerakan sadar HIV AIDS

TANJUNG REDEB – Penyakit Menular Seksual alias PMS, khusus jangkitan dari virus HIV dan penyakit sifilis menjadi penyakit yang cukup banyak diidap korban free seks alias seks bebas di Bumi Batiwakkal.

Menurut data, penularan penyakit sifilis di Berau medio 2022 lalu, mencapai 54 orang yang dicatat Dinkes Berau. Sementara untuk penyebaran HIV/AIDS menyerang 13 orang pada triwulan kedua 2023 ini.

Dinas Kesehatan Berau melihat, terjadi peningkatan dari kasus penyebaran HIV/AIDS. Menilik data pada 2018 ada 36 orang yang terkena HIV/AIDS, 2019 ada 24 pasien, 2020 ada 22 orang, lalu pada 2021 bertambah 32 orang,dan pada 2022 bertambah 36 orang.

“Semua tercatat dalam kurun satu tahun. Sementara pada pertengahan 2023 ini, sudah tercatat hampir setengah dari korban yang terjangkit pada 2022 lalu,” jelas Kepala Dinas Kesehatan Berau Totoh Hermanto, beberapa waktu lalu.

Bila ditotal, pengidap HIV/AIDS di Berau kini sudah mencapai 151 orang. Yang saat ini pun telah diisolir dan mendapatkan penanganan oleh Dinkes Berau.

Totoh Hermanto menyebut, penyakit menular tersebut merupakan sampak dari hubungan seks bebas dan suka bergonta ganti pasangan, seperti dilakukan di tempat-tempat prostitusi ilegal. Maupun pergaulan bebas di kalangan remaja.

“Inilah yang menjadi dampak buruk dari perilaku gemar gonta-ganti pasangan saat berhubungan badan,”ujarnya.

Menurut data, kebanyakan korban virus mematikan itu berasal dari kelompok pekerja yang tidak memiliki identitas domisili di Berau. Artinya, kebanyakan berasal dari pekerja luar daerah.

Jika sudah dapatkan pengobatan atau pencegahan awal di rumah sakit, biasanya pasien bisa langsung dikembalikan ke daerah asal, terlebih yang terkena rata-rata pendatang.

“Kalau yang terkena HIV/AIDS dominasi pekerja di THM. Kami juga berikan obat terlebih dahulu atau bisa langsung kami pulangkan ke daerah asal karena rata-rata emang pendatang,” tuturnya.

Sementara itu, khusus untuk pengidap sipilis. Menyerang kelompok usia produktif. Kata Totoh, rata-rata diidap oleh kelompok usia 20 sampai 40 tahun.

Saat ini, ia menyarankan kepada para pengidap penyakit menular tersebut untuk dapat aktif melakukan konsultasi kesehatan di setiap titik puskesmas terdekat. Agar mendapatkan penanganan langsung oleh dokter yang tepat.

“Atau bisa juga langsung ke rumah sakit, agar bisa segera tertangani dan tidak semakin parah,” tuturnya.

Melihat fakta itu, Dinkes Berau pun tak hanya berdiam diri. Dinas tersebut aktif terlibat dalam gerak operasi tim gabungan dalam menyisir tempat hiburan malam alias THM di Berau.

Dalam setiap operasi, biasanya Dinkes berangkat bersama dengan tim terpadu yang beranggotakan Kepolisian, TNI, Satpol PP, dan juga Kesbangpol.

Operasi itu, biasanya digelar satu tahun dua kali, namun hal tersebut masih tergantung dengan anggaran yang dimiliki masing-masing instansi.

“Kalau anggarannya kecil maka kami melakukannya bisa setahun hanya satu kali,” tuturnya.

Selain menggelar razia, Dinkes pun aktif dalam menggelar sosialiasi langsung di tengah masyarakat. Dengan melibatkan kawula muda dan tokoh masyarakat di wilayah dengan tingkat kasus tertinggi.

“Kami aktif juga sosialisasi dengan melibatkan anak muda, soal bahaya hubungan seks di luar nikah secara bebas,” sebut dia. (*)

Reporter: Sulaiman