Foto: Partai Gelora saat mendaftarkan bacalegnya ke KPU Berau 14 Mei Lalu.
TANJUNG REDEB- Pengurus Partai Gelora usung gerakan lawan money politik di Pileg 2024 mendatang. Bahkan, Gelora juga menjadi satu-satunya partai ketika melakukan konfensi pers di KPU Berau, menolak secara tegas pola money politik dalam menarik simpati masyarakat.
Ketua DPC Partai Gelora Berau, Yunus mengatakan, bacalegnya yang akan dimajukan di 4 dapil, mayoritas berasal dari orang-orang yang memiliki keterbatasa ekonomi.
“Saya ingin melihat kekuatan orang-orang dhuafa di Berau, bertarung dengan orang-orang yang memiliki kelebihan ekonomi,” katanya
Menurutnya, sebagai kader Gelora, tentu punya sedikit ilmu pengetahuan tentang politik. Dan, Yunus mengaku, akan “mencuri” hati dan simpati masyarakat Berau. Namun, bukan dengan money politik, tapi dengan narasi.
“Saya tegaskan kepada para bacaleg Gelora, jangan ada yang main money politik. Tidak ada gunanya. Jangan ikuti pola yang salah, bertarunglah dengn sehat, apapun hasilnya,” katanya.
Adapun narasi yang akan di tampilkan, bukan narasi yang sifatnya sementara. Tapi sepanjang waktu. Kemudian, pihaknya ingin masyarakat di Indonesia, khususnya Kabupaten Berau mendapat pembelajaran tentang berbangsa dan bernegara yang baik.
Dicontohkannya, ketika ada elit politik berkuasa dan memiliki kewenangan, kemudian melakukan korupsi. Maka masyarakat akan marah terhadap oknum tersebut. Tetapi ketika ada pemilu, masyarakat malah berlomba-lomba menanyakan satu suara dihargai berapa.
“Ini tentu menjadi dilematis bagi warga dan negara. mereka marah ketika orang korupsi, tapi giliran pemilu minta uang. minset ini yang harus diperbaiki,” jelasnya.
Di pileg 2024 mendatang, berdasarkan instruksi dan target dari Ketua DPW Gelora Kaltim, Hadi Mulyadi meminta seluruh kader Gelora, khususnya di Berau memiliki target tinggi.
“InsyaAllah jika Tuhan berkehendak dan masyarakat memberikan kesempatan, target 8 kursi. Tapi Ketua DPW Gelora Kaltim meminta 9 kursi. Itu sebagai bentuk membangun optimise Bacaleg Gelora,” pungkasnya. (/)
Reporter: Hendra Irawan