Foto: Bupati Sri Juniarsih saat meninjau keramba kerapu di Pulau Maratua 2022 lalu.

TANJUNG REDEB – Hasil tangkapan ikan oleh nelayan di perairan Berau meningkat dalam dua tahun belakangan ini. Terhitung pada 2021 dan 2022 lalu. Bila ditotal, hasil laut tersebut mencapai 47,6 ribu ton.

Dari hasil tersebut didominasi hasil tangkapan laut yang mencapai 21,8 ribu ton pada 2021. Kemudian meningkat pada 2022 mencapai 22,6 ribu ton. Sisanya diisi oleh hasil tangkapan perairan umum.

Adapun wilayah dengan hasil kelautan tertinggi pada 2022, berada di Kecamatan Derawan sebanyak 6,526 ton. Sementara terendah berada di Kecamatan Teluk Bayur, dengan jumlah tangkapan hasil laut hanya 216 ton setahun.

“Memang selama dua tahun kemarin alami peningkatan terus, dibanding 2019 kemarin,” kata Kepala Dinas Perikanan Berau Dahniar Ratnawati, belum lama ini.

Dijelaskannya, terdapat beberapa indikator yang dinilai dalam memasukkan angka tersebut. Seperti jumlah tangkapan dan hasil pengolahan produksi perikanan.

Atas penilaian itu, menurut bank data Dinas Perikanan Berau sejauh ini trend bisnis di sektor perikanan Berau cukup baik dan meningkat pada dua tahun kemarin.

“Jadi memang trend tangkapan ikan laut meningkat. Sungai Berau juga begitu,” jelas dia.

Dengan hasil laut tersebut, Berau mampu memenuhi kebutuhan daging ikan sendiri. Bahkan, bila hasil nelayan melimpah. Pembeli ikan di tempat pelelangan bisa datang dari Samarinda dan Balikpapan.

Berangkat dari pengalaman nelayan, dikatankan Niar, peningkatan jumlah hasil tangkapan terjadi lantaran wilayah tangkapan ikan semakin meluas. Secara otomatis jam berlayar dan operasional pun ikut meningkat.

“Memang makin luas kawasan penangkapan ikannya, tapi operasional ikut meningkat. Secara aturan kita dibatasi,” ujarnya.

Lebih jauh, Niar menjelaskan dalam konsep ekonomi biru dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), jumlah tangkapan khusus di Berau dibatasi. Dalam setahun hanya sampai 35 ton.

Oleh karenanya, pemerintah pun mendorong pembudidayaan dan pengolahan hasil laut ke nelayan. Dengan pola pembuatan kerambah atau tambak. Agar kebutuhan hasil laut tetap terpenuhi.

“Kami sekarang banyak mendorong program budidaya, karena secara ekonomi tetap menjanjikan untuk nelayan,” jelas dia.

Penangkapan ikan secara berlebihan tetap dianggap sebagai ancaman. Khususnya bagi ekosistem laut. Sehingga setiap kapal nelayan nantinya diberikan kebijakan aturan tersendiri. (*/ADV)

Reporter: Sulaiman