Foto: Kepala Disbun Berau Lita Handini

TANJUNG REDEB – Ancaman kemarau diprediksi bakal melanda seluruh daerah di Kaltim. Termasuk Berau yang diperkirakan bakal alami kemarau pada awal Juni hingga akhir Juli 2023 mendatang.

Sementara puncak kemarau terjadi, pada periode Juli hingga memasuki Agustus 2023. Artinya, dari prediksi itu sekira tiga bulan Berau bakal terancam kekeringan panjang.

Ancaman kekeringan itu bisa saja berdampak pada sektor perkebunan di Berau. Tanaman pekebun dapat mati akibat asuapan air yang kurang. Ancaman lainnya, berupa kebakaran hutan bila didalam masa prediksi itu pekebun melakukan pembakaran lahan.

Menjawab itu, Kepala Dinas Perkebunan Berau Lita Handini menyatakan pihaknya tak terlalu risau dengan ramalan itu. Sebab bisa saja meleset dari perkiraan.

Hanya saja, Disbun sedari jauh hari telah mempersiapkan diri. Dikatakan Lita, Disbun telah membentuk KTPA alias Kelompok Tani Peduli Api.

KTPA tersebut dibentuk hasil koordinasi Disbun bersama dengan kelompok tani di seluruh kecamatan di Berau. Ditambah dengan penyesuaian program perusaahan di sektor perkebunan.

“Kami sudah bentuk KTPA. Itu sebagai langkah antisipasi,” kata Lita, Kamis (13/4/2023).

Dalam setiap KTPA berisi 25 sampai 30 orang petugas yang sudah dibekali pengetahuan dan alat yang memadai untuk memadamkan api. Kebanyakan berasal dari kelompok petani sawit.

Alat-alat tersebut, selain lewat pengadaan langsung oleh Disbun. Pihak perusahaan juga turut menyiapkan alat khusus pemadaman. Seperti, pompa, selang, helm pemadam, hingga masker khusus petugas pemadam.

Lita bilang, saat ini masih terdapat beberapa KTPA yang belum miliki alat. Sehingga rencananya pada tahun ini, Disbun bakal mengalokasikan anggaran khusus untuk mengantisipasi bahaya kebakaran pada pertengahan 2023 ini.

“Juni ini akan cair dana Carbon-PAN. Nanti pengadaan alat kami ambil dari situ,” bebernya.

Bantuan alat tersebut, sebagai sikap pemerintah yang mengharapkan kegiatan perkebunan tetap memberikan hasil dalam pembangunan daerah.

Para pekebun pun diharapakan dapat saling bahu membahu dengan terjun langsung bila nanti terjadi kebakaran lahan dan kebun.

“Jadi mereka juga bisa terjun langsung. Tidak pasif kalau ada bahaya kebakaran lahan,” harap dia. (*)

Reporter: Sulaiman