Foto: Kepala Diskominfo Berau Didi Rahmadi.

TANJUNG REDEB – Fasilitas Wi-Fi gratis hingga kesulitan jaringan internet belum sepenuhnya bisa dinikmati warga Berau. Salahsatunya bagi warga desa Pulau terluar Berau, di Kepulauan Maratua.

Sebab destinasi wisata unggulan yang kerap menjadi pilihan wisatawan kala berkunjung ke Bumi Batiwakkal, kadang tidak terpuaskan lantaran jaringan internet di pulau tersebut lemah.

Meskipun kini pemerintah memiliki program khusus untuk mengentaskan masalah tersebut. Yakni program pemasangan 1.000 titik Wi-Fi gratis di seluruh penjuru Berau.

Tentu hal inipun membutuhkan perhatian serius. Sebab pembangunan sarana dan prasarana di objek wisata masuk juga dalam 18 program prioritas pemerintah.

Keluhan sejumlah warga itupun dibenarkan Kepala Diskominfo Berau Didi Rahmadi. Dia bilang, banyak menerima laporan langsung oleh masyarakat. Seperti tidak bisa upload konten lantaran jaringan di Maratua lemah bahkan hilang.

“Iya kami sering juga dapat laporan itu, memang masih ada dua desa yang belum menikmati jaringan internet,” kata Didi yang ditemui di ruang kerjanya beberapa waktu lalu.

Dia menjelaskan, keterbatasan pemerintah dalam melakukan pengadaan tower jaringan internet jadi masalah. Menilik aturan, tower tidak diperbolehkan berdiri dalam radius 10 Kilometer dari bandara.

Diketahui, Maratua memiliki bandar udara yang telah beroperasi medio 2017 lalu.

“Jadi tidak bisa juga kami sembarangan usul pembangunan tower, karena terhalang aturan,” ujar dia.

Terhambat dengan aturan, membuat Diskominfo mutar otak. Didi bahkan mengakui sudah sering bersurat ke Kemenkominfo untuk memberikan bantuan penyambungan kabel fiber optik alias FO ke beberapa daerah yang sulit dijangkau.

Dengan sistem jaringan itu, dinilai lebih aman dan dijamin tidak akan mengganggu komunikasi dalam penerbangan di Bandara Maratua. Namun usulan itu pun diakui masih mengambang tanpa kejelasan.

Diskominfo melalui Kominfo Kaltim pun telah mengajukan kajian keamanan kepada Kemenkopolhukam terkait kajian kemananan bila diharuskan membangun tower telekomunikasi induk di maratua.

“Kami sudah usulkan. Semoga aja ada kejelasan dari pusat tahun ini,” harap dia.

Memiliki keterbatasan itu, dirinya berharap agar para pengusaha di objek wisata Maratua turut berperan dalam mengentaskan masalah ini.

Alternatif yang ia tawarkan yakni pembangunan jaringan internet menggunakan V-Sat Telkomsel. Alat seperti parabola besar tersebut, dapat diperoleh dengan harga mencapai Rp 400 juta per unit.

“Kami juga mengharapkan pengusaha wisata turut berpartisipasi lah,” pintanya. (*)

Reporter: Sulaiman