TANJUNG REDEB-Perumda Air Minum Batiwakkal melakukan ke beberapa titik yang menjadi tudingan terhadap pihaknya, Senin, 9 Agustus 2021.
Direktur Perumda Air Minum Batiwakkal, Saipul Rahman mengatakan, peninjauan ini bertujuan untuk memastikan bahwa apa yang disampaikan disalah satu pemberitaan tersebut tidak tepat.
Peninjauan itu dilakukan di tiga tempat. Yakni, Kampung Tasuk, Limunjan dan Bebanir Bangun. Dari tiga tempat itu, Limunjan dan Bebanir bangun, disebut, semua telah sesuai dengan ketentuan penerima program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
“Semua telah sesuai,” ujarnya, Senin, 9 Agustus 202@.
Peninjauan lokasi tersebut, dilakukan pertama kali di Kampung Tasuk. Ada 7 meteran yang diduga bermasalah. Namun, Pihaknya menegaskan, bahwa apa yang terpasang di Kampung Tasuk bukan meteran MBR.
“Itu bukan MBR. Itu proyek Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang,” ujarnya.
Meskipun box meteran sama-sama berwarna kuning, pemasangan meteran itu bukanlah wewenang dari pihaknya. Sehingga, pihaknya tidak akan berkomentar.
“Bukan ranah kami. Di Kampung Tasuk ini tidak ada meteran MBR,” katanya.
Menurut Saipul, untuk tahun 2020, tidak ada pemasangan meteran MBR untuk wilayah Kampung Tasuk. Sehingga jika ada sawah, rumah walet atau lahan kosong yang dipasang di Tasuk bukan kegiatan MBR yang dilakukan oleh Perumda.
“Jadi tidak semua tutup water meter yang berwarna kuning adalah MBR.” Beber Saipul.
Ditegaskannya, tudingan terhadapnya kurang tepat. Di mana, dalam sebuah pemberitaan, disebutkan bahwa meteran air dipasangkan dilahan kosong atau lokasi yang baru akan dibangun rumah.
Pada kenyataannya. Dari rumah-rumah yang didatanginya semua tidak ada masalah. Misalnya, salah satu rumah milik Jumrawati warga Kampung Bebanir Bangun, yang disebut, meteran air terpasang di lahan kosong.
“Faktanya, itu bukan lahan kosong. Itu adalah lokasi di mana Ibu Jumrawati bertempat tinggal, sebelum rumahnya terbakar,” ungkapnya.
Lanjutnya, informasi itu pun didapati setelah pihaknya bertemu secara langsung dengan pemilik meteran air.
“Saya sudah konfirmasi ke pemilik, dan beliau menyatakan telah dilakukan pendataan bersama dua orang tetangganya untuk program MBR. Tapi baru satu yang terpasang, karena, baru dirinya yang melakukan pembangunan kembali atas rumahnya. Dan yang dua, kemungkinan akan dipasang ketika rumah telah ada tanda-tanda pembangunan,” bebernya.
Di lokasi yang sama, Jumrawati pemilik bangunan, menyebutkan tidak ada masalah dengan meteran tersebut. Menurutnya, itu sudah sesuai dengan keinginannya.
Terkait, meteran MBR yang dipasang dilahan kosong, pihaknya mengaku keberatan. Lantaran, saat ini proses pembangunan rumahnya sedang berjalan.
“Waktu itu ada rumah saya. Waktu didata dan disurvey. Saya kena musibah. Jadi rumah saya terbakar,” katanya.
Berpindah lokasi, Saipul Rahman kembali melakukan peninjauan ke rumah salah seorang warga. Yang menurut salah satu media, penempatan meteran MBR tidak tepat.
Lagi-lagi, persoalan lahan kosong dijadikan alasan untuk menyoal program yang ada. Dari hasil konfirmasinya, penempatan meteran itu sudah sesuai dengan keinginan pemilik rumah.
“Itu juga masih terpasang di satu bidang tanah yang sama. Pemiliknya sama. Sudah sesuai dengan keinginan pemilik, yang meminta untuk dipasang di sana,” ungkapnya.
Saipul Rahman yang didampingi ketua RT 20 Sambaliung, Burhanuddin, pun menyempatkan diri untuk berdialog dengan pemilik rumah.
“Kami ke sini pun didampingi ketua RT,” bebernya.
Sementara itu, Ketua RT 20 Sambaliung, Burhanuddin mengatakan, bahwa tanah tersebut memang milik orang yang sama. Dan apa yang disampaikan oleh Saipul Rahman pun telah dibenarkannya.
“Itu benar apa yang disampaikan. Saya sudah menyaksikannya dan saya pun mendampingi beliau untuk melihat secara langsung di lokasi,” tuturnya. (*)
Editor: Bobby Lalowang