Foto dok : Peristiwa kebakaran terjadi di Tanjung Redeb
TANJUNG REDEB– Di tahun 2023 ini, potensi kebakaran pemukiman, hutan dan lahan serta bencana banjir masih menjadi ancaman di Kabupaten Berau. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau, Nofian Hidayat mengungkapkan, kebakaran dan banjir menjadi hal yang harus diwaspadai.
“Bisa dikatakan peristiwa kebakaran dan banjir ini menjadi peristiwa yang terjadi tiap tahun. Dan ini yang menjadi atensi kami di tahun 2023 ini,” ungkapnya, kemarin.
Berdasarkan data 2022 lalu, kebakaran yang terjadi bangunan di pemukiman masyarakat sebanyak 33 kali, membuat 38 kepala keluarga dengan 179 jiwa terpaksa kehilangan tempat tinggal. Adapun karhutla terjadi sebanyak 34 kasus, dengan luas lahan mencapai 87,5 hektare.
Sementara untuk banjir setidaknya 16 kali terjadi di beberapa wilayah di Berau, sebanyak 2.857 jiwa terdampak. Untuk banjir bandang 1 kali terjadi. Tanah longsor 6 kali terjadi sebanyak sebanyak 8 jiwa dari 2 KK terdampak. Kemudian untuk cuaca ekstrem 2 kali terjadi, serta orang tenggelam sebanyak 9 jiwa yang didominasi anak dibawah umur.
“Jadi bencana tertinggi didominasi oleh kebakran hutan dan lahan dan banjir,” jelasnya.
Untuk mencegah karhutla terjadi, pihaknya juga telah bekerjasama dengan aparat kecamatan dan pemerintah kampung di Kabupaten Berau. Termasuk berkolaborasi dengan aparat keamanan TNI-Polri. Tujuannya, agar intens mensosialisasikan kepada masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakarnya. Apalagi tidak dilakukan pengawasan oleh oknum-oknum tertentu.
“Kami juga tempatkan beberapa armada kebakaran di hanpir kecamatan di Berau, tujuannya untuk meminimalisir bencana kebakaran,” katanya.
Nofian juga mengakui, ada beberapa kendala yang menjadi hambatan dilapangan di yakni SDM dan peralatan di mana sumber daya manusia di mana kekurangan personel dan ugredding skill yang kurang ditraining dan fasilitas pendukung lainnya.
Dia mencontohkan, kebakaran bangunan di tengah pemukiman. Di mana, armadanya kadang mengalami kendala saat hendak menuju lokasi lantaran padatnya pemukiman dengan akses jalan sempit.
“Padatnya pemukiman, penataan yang kurang rapi. Tentu menjadi hambatan bagi tim damkar untuk bergerak memadamkan,” katanya
Selain kebakaran dan banjir, bencana longsor juga perlu diwaspadai. Karena tidak dipungkiri, banyak faktor yang menyebabkan itu terjadi, seperti dampak dari pembukaan lahan di daerah lereng gunung karena seiring bertambahnya jumlah penduduk maupun faktor ekonomi lainnya.
Belum lagi hasil perbuatn manusia sendiri yang beraktivitas untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya tanpa memperhitungkan dampaknya, yang membuat potensi longsor menjadi lebih besar.
“Bencana longsor ini jangan dianggap remeh. Dulu kita jarang mendengar tanah longsor. Sekarang sudah banyak. Di tahun 2022 saja kemarin misalnya, itu ada 8 kali kejadian. Ini perlu juga jadi perhatian kita,” pungkasnya. (/).